Anak-anak, Bukti Keunggulan Technopreneurship
Indonesia
Jakarta
- Sekarang, Indonesia berada di era reformasi. Penuh tantangan yang dihadapi
oleh bangsa kita, terkait dengan transisi sosio-ekonomi yang terus berjalan.
Walaupun perekonomian kita tumbuh, namun masih tetap diperlukan upaya lanjutan,
supaya ekonomi kita bisa lebih berdikari.
Hal tersebut, terutama harus dilakukan dalam bidang IT. Diperlukan pembangunan bidang IT yang bersifat berkelanjutan, dan salah satu cara untuk menjamin hal tersebut adalah dengan Technopreneurship.
Pernah saya bahas sebelumnya bahwa technopreneurship sangat penting. Kita sudah memiliki technopreneur-technopreneur yang mulai 'berbicara' untuk tingkat nasional. Namun, yang harus dipikirkan ke depan adalah regenerasi technopreneur tersebut.
Hal tersebut, terutama harus dilakukan dalam bidang IT. Diperlukan pembangunan bidang IT yang bersifat berkelanjutan, dan salah satu cara untuk menjamin hal tersebut adalah dengan Technopreneurship.
Pernah saya bahas sebelumnya bahwa technopreneurship sangat penting. Kita sudah memiliki technopreneur-technopreneur yang mulai 'berbicara' untuk tingkat nasional. Namun, yang harus dipikirkan ke depan adalah regenerasi technopreneur tersebut.
Regenerasi
yang baik adalah bukti dari kreativitas kita sebagai bangsa. Adapun, ada kabar
gembira yang diturunkan akhir-akhir ini, yang membuktikan bahwa kita memiliki
potensi technopreneurship yang luar biasa, bahkan dari usia yang sangat dini
sekalipun.
Sebuah
harapan baru: artav dan salingsapa.com
Dua
anak SMP, yaitu Muhammad Yahya Harlan, dan Arrival Dwi Sentosa, telah
mengembangkan jaringan sosial dan anti virus dalam usia dini. Mengenai Yahya
dan jaringan sosialnya
pernah dimuat di detikINET, sementara mengenai Arrival dan anti virusnya juga
pernah dimuat di detikINET.
Kabar
ini sangat menggembirakan, di tengah betapa butuhnya bangsa kita akan
technopreneur-technopreneur baru. Memang benar, kita tidak mungkin memaksa
mereka untuk langsung terjun ke technopreneurship di usia sedini itu. Namun,
hal itu membuktikan bahwa potensi itu ada.
Saya jadi teringat kisah Technopreneur sukses, seperti Bill Gates, Steve Wozniak dan Steve Jobs, yang sudah dari usia sangat muda aktif di klub komputer terkemuka di California saat itu (tahun 70an), yaitu HomeBrew Computer club.
Saya jadi teringat kisah Technopreneur sukses, seperti Bill Gates, Steve Wozniak dan Steve Jobs, yang sudah dari usia sangat muda aktif di klub komputer terkemuka di California saat itu (tahun 70an), yaitu HomeBrew Computer club.
Memang
saat itu mereka belum berbisnis secara serius, sekedar mengembangkan hobi
teknik informatika
mereka. Tulisan Bill Gates yang sangat terkenal, yaitu 'Open
Letter to Hobbyist', diterbitkan oleh klub itu. Namun sewaktu beranjak lebih
dewasa, mereka tinggal memanfaatkan jaringan yang pernah mereka bina sejak
dini, untuk memulai bisnis 'raksasa' mereka.
Sangat mungkin, karena mereka tidak didorong untuk mengembangkan bisnis mereka sedini mungkin, dan menunggu waktu yang lebih tepat, maka kerajaan bisnis mereka bisa lebih lestari. Ini didukung oleh kematangan dan kedewasaan dari mereka, dengan bercermin dari pengalaman sendiri.
Rasanya, melihat kisah sukses dari Bill Gates dan kawan-kawan, memang tidak diperlukan untuk mendorong mereka untuk segera terjun berbisnis sekarang juga. Hal itu jelas terlalu dini. Yang diperlukan adalah 'menyemai' benih-benih potensi mereka pada suatu forum atau klub hobby yang cocok.
Sangat mungkin, karena mereka tidak didorong untuk mengembangkan bisnis mereka sedini mungkin, dan menunggu waktu yang lebih tepat, maka kerajaan bisnis mereka bisa lebih lestari. Ini didukung oleh kematangan dan kedewasaan dari mereka, dengan bercermin dari pengalaman sendiri.
Rasanya, melihat kisah sukses dari Bill Gates dan kawan-kawan, memang tidak diperlukan untuk mendorong mereka untuk segera terjun berbisnis sekarang juga. Hal itu jelas terlalu dini. Yang diperlukan adalah 'menyemai' benih-benih potensi mereka pada suatu forum atau klub hobby yang cocok.
HomeBrew
Computer Club adalah salah satu contoh yang bisa kita teladani. Saya pikir, di
Indonesia yang tercinta ini, klub hobby komputer sudah banyak tersedia.
Detikinet jelas merupakan salah satu fasilitator untuk hobbyist komputer
tersebut.
Technopreneurship
in Action
Selama
ini, rasanya sukar mendapatkan kabar bagus mengenai bangsa kita. Entah kabar
mengenai KKN, kerusuhan, kejahatan, dan berbagai hal kurang 'sedap' lainnya,
itulah yang selalu kita dengar dari media massa pada umumnya.
Namun,
ternyata berita tersebut sama sekali tidak seutuhnya mencerminkan bagaimana
kreatifnya bangsa kita dalam menyelesaikan problematika hidupnya, terutama
terkait dengan IT. Gebrakan mereka adalah seperti 'angin segar', yang
memberikan pencerahan bagi bangsa kita. Setidaknya, ada kabar positif mengenai
potensi technopreneurship kita.
Satu
hal yang menarik, Orang tua masa kini sudah menganggap pekerjaan bidang IT itu
baik bagi anak mereka. Jadi, anak memiliki banyak pilihan karir atas dukungan
orangtuanya.
Dukungan orangtua terhadap aktivitas Yahya dan Arrival adalah bukti dari hal itu. Nampak jelas, bahwa eksposure media, terutama di kolom IT, mengenai kesuksesan para 'guru' IT dunia, seperti Bill Gates, Steve Jobs, Linus Torvald, Mark Zuckerberg, Larry Page, Sergei Brin, Eric Schmidt, dan lain-lain telah membuat banyak kalangan, termasuk juga orangtua masa kini, telah menyadari betapa pentingnya IT dalam kehidupan sehari-hari.
Dukungan orangtua terhadap aktivitas Yahya dan Arrival adalah bukti dari hal itu. Nampak jelas, bahwa eksposure media, terutama di kolom IT, mengenai kesuksesan para 'guru' IT dunia, seperti Bill Gates, Steve Jobs, Linus Torvald, Mark Zuckerberg, Larry Page, Sergei Brin, Eric Schmidt, dan lain-lain telah membuat banyak kalangan, termasuk juga orangtua masa kini, telah menyadari betapa pentingnya IT dalam kehidupan sehari-hari.
Eksposure
media massa terhadap kesuksesan tokoh IT adalah salah satu peran positif yang
dimainkan media. Semoga kedepannya, media akan selalu memberitakan kabar
gembira mengenai technopreneurship ini secara berkelanjutan, supaya menjadi
'pelita' di tengah berita lain yang terkesan suram.
Bibit-bibit
keunggulan Bangsa Indonesia di masa depan
Adik-adik
kita, yaitu Yahya dan Arrival telah membuktikan suatu prestasi yang luar biasa
dalam merintis technopreneurship, walaupun masih tahap yang masih awal. Adapun,
yang harus diperhatikan, adalah supaya mereka dibiarkan untuk berkembang secara
alamiah, sesuai potensi yang mereka miliki.
Biarkan
mereka menjadikan rintisan ini sebagai suatu 'pencerahan', yang akhirnya
mengarahkan diri mereka untuk menggali potensi diri mereka lebih jauh lagi.
Semoga ke depannya, mereka dapat lebih dapat menemukan potensi-potensi kreatif
dan positif dalam dirinya masing-masing.
Ini juga Pekerjaan Rumah (PR) yang mesti kita kerjakan, bahwa untuk menemukan 'bibit-bibit' technopreneurship, dan kemudian untuk menyemai bibit tersebut untuk menjadi motor technopreneur bangsa kita, hal itu masih memerlukan pekerjaan yang panjang. Yang terpenting dari semua, adalah supaya kita mulai mengubah 'mindset' yang umum berlaku di masyarakat kita, bahwa menjadi pegawai adalah satu-satunya cara untuk mendapat kemapanan karir.
Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena negara-negara maju sekalipun juga sangat bergantung pada pengusaha-pengusahanya dan juga pajak yang dibayarkan para pengusaha tersebut, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi negaranya dan mengurangi masalah pengangguran.
Satu potensi yang sebenarnya bisa digali dari bangsa kita, adalah kemapanan negara maju menyisakan banyak 'niche' yang bisa dimasuki. Walaupun Facebook dan Twitter mendominasi jaringan sosial tingkat dunia, namun Salingsapa tetap bisa eksis. Walaupun Norton, AVG, dan lainnya mendominasi anti-virus dunia, namun Artav tetap juga eksis.
Ini juga Pekerjaan Rumah (PR) yang mesti kita kerjakan, bahwa untuk menemukan 'bibit-bibit' technopreneurship, dan kemudian untuk menyemai bibit tersebut untuk menjadi motor technopreneur bangsa kita, hal itu masih memerlukan pekerjaan yang panjang. Yang terpenting dari semua, adalah supaya kita mulai mengubah 'mindset' yang umum berlaku di masyarakat kita, bahwa menjadi pegawai adalah satu-satunya cara untuk mendapat kemapanan karir.
Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena negara-negara maju sekalipun juga sangat bergantung pada pengusaha-pengusahanya dan juga pajak yang dibayarkan para pengusaha tersebut, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi negaranya dan mengurangi masalah pengangguran.
Satu potensi yang sebenarnya bisa digali dari bangsa kita, adalah kemapanan negara maju menyisakan banyak 'niche' yang bisa dimasuki. Walaupun Facebook dan Twitter mendominasi jaringan sosial tingkat dunia, namun Salingsapa tetap bisa eksis. Walaupun Norton, AVG, dan lainnya mendominasi anti-virus dunia, namun Artav tetap juga eksis.
'Niche'
tersebut yang harus dimanfaatkan secara kreatif oleh kita, supaya bangsa kita
lebih kompetitif secara sosio-ekonomi.
Bagi
adik-adik kita, Arrival dan Yahya, tidak perlu sekarang berpikir untuk
kembangkan bisnis secara serius. Yang penting bagi mereka adalah bergabung ke
forum hobbyist komputer yang bisa menampung aspirasi mereka, seperti HomeBrew
Computer Club.
Sumber
: http://inet.detik.com/read/2011/03/08/131547/1586797/398/anak-anak-bukti-keunggulan-technopreneurship-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar