kata mutiara

" Saat anda tulus mencinta, anda senantiasa mencintainya walau sudah berpisah. bila tidak, anda memanglah dari awal tidak mencintainya."

Rabu, 31 Oktober 2012

TULISAN TENTANG EKONOMI 10


Dampak Krisis Global terhadap Perekonomian Indonesia



PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

            Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang dihadapi Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Dan ini adalah dinamika kehidupan ekonomi yang tidak tetap perubahannya. Kadang sistem ekonomi dunia naik, kadang sistem ekonomi dunia merosot drastis. Ini menyebabkan gejolak besar bagi kehidupan ekonomi seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Akibat langsungnya adalah meledaknya harga kebutuhan pokok di Indonesia. Yang mana sebelumnya saja sudah menjepit dompet masyarakat dan kini semakin menekan sektor-sektor usaha yang menyediakan kebutuhan tersebut. Misalnya: Petani yang menyediakan sayur mayur kini kesulitan dalam mencari pupuk yang murah, padi menjadi kurang subur dan pasokan yang terbatas membuat harga beras melonjak. Ini adalah satu dari ribuan keluhan masyarakat dalam merasakan dampak buruk dari krisis global ini. Sehingga tema “Krisis Ekonomi Global” ini sangat cocok untuk menjadi bahan diskusi bagi mahasiswa karena mahasiswa juga mengalami dilema ini dalam hidupnya.

B. TUJUAN PENULISAN

Supaya mahasiswa dapat lebih kritis terhadap situasi krisis ekonomi global yang mana sekarang menjadi topik hangat dan dilema luar biasa bagi seluruh dunia. Paling tidak mahasiswa dapat memecahkan masalah kecil yang berhubungan dengan krisis ekonomi global tersebut. Diharapkan pula makalah ini dapat menjadi acuan belajar dalam mempelajari permasalahan ekonomi di Perguruan Tinggi


PEMBAHASAN MASALAH

A. PENGERTIAN KRISIS EKONOMI GLOBAL

            Krisis ekonomi Global merupakan peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Ini dapat kita lihat bahwa negara adidaya yang memegang kendali ekonomi pasar dunia yang mengalami keruntuhan besar dari sektor ekonominya. Bencana pasar keuangan akibat rontoknya perusahaan keuangan dan bank-bank besar di Negeri Paman Sam satu per satu, tinggal menunggu waktu saja. Bangkrutnya Lehman Brothers langsung mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sd 10 persen. Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street mengalami kerugian besar.

B. AKIBAT TERJADINYA KRISIS EKONOMI GLOBAL

1. AKIBAT KRISIS EKONOMI GLOBAL BAGI LUAR NEGERI

            Pada tahun 1907 krisis perbankan Internasional dimulai di New York, setelah beberapa decade sebelumnya yakni mulai tahun 1860-1921 terjadi peningkatan hebat jumlah bank di Amerika s/d 19 kali lipat. Selanjutnya, tahun 1920 terjadi depresi ekonomi di Jepang. Kemudian pada tahun 1922 – 1923 German mengalami krisis dengan hyper inflasi yang tinggi. Karena takut mata uang menurun nilainya, gaji dibayar sampai dua kali dalam sehari. Selanjutnya, pada tahun 1927 krisis keuangan melanda Jepang (37 Bank tutup); akibat krisis yang terjadi pada bank-bank Taiwan

Pada tahun 1929 – 30 The Great Crash (di pasar modal NY) & Great Depression (Kegagalan Perbankan); di US, hingga net national product-nya terbangkas lebih dari setengahnya. Selanjutnya, pada tahun 1931 Austria mengalami krisis perbankan, akibatnya kejatuhan perbankan di German, yang kemudian mengakibatkan berfluktuasinya mata uang internasional. Hal ini membuat UK meninggalkan standard emas. Kemudian1944 – 66 Prancis mengalami hyper inflasi akibat dari kebijakan yang mulai meliberalkan perekonomiannya. Berikutnya, pada tahun 1944 – 46 Hungaria mengalami hyper inflasi dan krisis moneter. Ini merupakan krisis terburuk eropa. Note issues Hungaria meningkat dari 12000 million (11 digits) hingga 27 digits. 

Pada tahun 1945 – 48 Jerman mengalami hyper inflasi akibat perang dunia kedua.. Selanjutnya tahun 1945 – 55 Krisis Perbankan di Nigeria Akibat pertumbuhan bank yang tidak teregulasi dengan baik pada tahun 1945. Pada saat yang sama, Perancis mengalami hyperinflasi sejak tahun 1944 sampai 1966. Pada tahun (1950-1972) ekonomi dunia terasa lebih stabil sementara, karena pada periode ini tidak terjadi krisis untuk masa tertentu. Hal ini disebabkan karena Bretton Woods Agreements, yang mengeluarkan regulasi di sektor moneter relatif lebih ketat (Fixed Exchange Rate Regime). Disamping itu IMF memainkan perannya dalam mengatasi anomali-anomali keuangan di dunia. Jadi regulasi khususnya di perbankan dan umumnya di sektor keuangan, serta penerapan rezim nilai tukar yang stabil membuat sektor keuangan dunia (untuk sementara) “tenang”.

            Namun ketika tahun 1971 Kesepakatan Breton Woods runtuh (collapsed). Pada hakikatnya perjanjian ini runtuh akibat sistem dengan mekanisme bunganya tak dapat dibendung untuk tetap mempertahankan rezim nilai tukar yang fixed exchange rate. Selanjutnya pada tahun 1971-73 terjadi kesepakatan Smithsonian (di mana saat itu nilai 1 Ons emas = 38 USD). Pada fase ini dicoba untuk menenangkan kembali sektor keuangan dengan perjanjian baru. Namun hanya bertahan 2-3 tahun saja.
           
 Pada tahun 1973 Amerika meninggalkan standar emas. Akibat hukum “uang buruk (foreign exchange) menggantikan uang bagus (dollar yang di-back-up dengan emas)-(Gresham Law)”. Pada tahun 1973 dan sesudahnya mengglobalnya aktifitas spekulasi sebagai dinamika baru di pasar moneter konvensional akibat penerapan floating exchange rate sistem. Periode Spekulasi; di pasar modal, uang, obligasi dan derivative. Maka tak aneh jika pada tahun 1973 – 1874 krisis perbankan kedua di Inggris; akibat Bank of England meningkatkan kompetisi pada supply of credit.

            Pada tahun 1974 Krisis pada Eurodollar Market; akibat west German Bankhaus ID Herstatt gagal mengantisipasi international crisis. Selanjutnya tahun 1978-80 Deep recession di negara-negara industri akibat boikot minyak oleh OPEC, yang kemudian membuat melambung tingginya interest rate negara-negara industri.

Selanjutnya sejarah mencatat bahwa pada tahun 1980 krisis dunia ketiga; banyaknya hutang dari negara dunia ketiga disebabkan oleh oil booming pada th 1974, tapi ketika negara maju meningkatkan interest rate untuk menekan inflasi, hutang negara ketiga meningkat melebihi kemampuan bayarnya. Pada tahun 1980 itulah terjadi krisis hutang di Polandia; akibat terpengaruh dampak negatif dari krisis hutang dunia ketiga. Banyak bank di eropa barat yang menarik dananya dari bank di eropa timur. Pada saat yang hampir bersamaan yakni di tahun 1982 terjadi krisis hutang di Mexico; disebabkan outflow kapital yang massive ke US, kemudian di-treatments dengan hutang dari US, IMF, BIS. Krisis ini juga menarik Argentina, Brazil dan Venezuela untuk masuk dalam lingkaran krisis.

            Perkembangan berikutnya, pada tahun 1987 The Great Crash (Stock Exchange), 16 Oct 1987 di pasar modal US & UK. Mengakibatkan otoritas moneter dunia meningkatkan money supply. Selanjutnya pada tahun 1994 terjadi krisis keuangan di Mexico; kembali akibat kebijakan finansial yang tidak tepat. Pada tahun 1997-2002 krisis keuangan melanda Asia Tenggara; krisis yang dimulai di Thailand, Malaysia kemudian Indonesia, akibat kebijakan hutang yang tidak transparan. Krisis Keuangan di Korea; memiliki sebab yang sama dengan Asteng.

            Kemudian, pada tahun 1998 terjadi krisis keuangan di Rusia; dengan jatuhnya nilai Rubel Rusia (akibat spekulasi) Selanjutnya krisis keuangan melanda Brazil di tahun 1998. pad saat yang hamper bersamaan krisis keuangan melanda Argentina di tahun 1999. Terakhir, pada tahun 2007-hingga saat ini, krisis keuangan melanda Amerika Serikat. Dari data dan fakta historis tersebut terlihat bahwa dunia tidak pernah sepi dari krisis yang sangat membayakan kehidupan ekonomi umat manusia di muka bumi ini.

2. AKIBAT KRISIS EKONOMI GLOBAL BAGI DALAM NEGERI

            Resesi ekonomi yang kini melanda AS, juga gejolak keuangan di beberapa belahan dunia, tak boleh dipandang remeh. Pemerintah harus waspada dan antisipatif, karena resesi ekonomi AS kemungkinan semakin parah sehingga bisa berdampak hebat terhadap kehidupan ekonomi di dalam negeri. Di sisi lain, sektor keuangan di beberapa belahan dunia yang lain kini juga bergejolak dan potensial berimbas ke mana-mana, termasuk ke Indonesia.

            Eropa Timur dan Amerika Latin sebenarnya pernah mengalami krisis ekonomi dan keuangan. Namun, saat itu krisis tersebut lebih karena pengaruh pergolakan politik di masing-masing negara. Tapi kini krisis ekonomi di kedua kawasan amat potensial karena bubble di sektor keuangan sudah amat berlebihan. Artinya, bubble tersebut hampir pasti segera pecah. Celakanya, kalau negara-negara berkembang yang terkena krisis ekonomi, lembaga-lembaga keuangan internasional cenderung lepas tangan. Akibatnya, krisis yang terjadi bisa sangat parah dan potensial mengimbas ke wilayah lain. Warung-warung di pelosok Jakarta kini bertumbangan ke jurang kebangkrutan. Itu sebagai bukti bahwa rakyat kebanyakan sudah tak berbelanja lagi. Sementara lapisan atas justru berbelanja keperluan sehari-hari ke pasar-pasar modern milik pengusaha besar. Ini menyebabkan kefailitan raksasa bagi dunia bisnis.

            Saat ini dampak resesi ekonomi global yang paling dirasakan adalah pada masyarakat menengah ke atas, terlebih mereka yang bermain saham, valuta asing dan investasi emas. Dari pantauan media di sejumlah pasar di tanah air, sejak BEJ melakukan suspend pada Jum’at (10/10) kemarin, harga bahan-bahan pangan mulai merangkak naik. Jika sudah begini, masyarakat bawah yang paling merasakan dampaknya. Walau beberapa kebutuhan pokok, seperti harga beras masih bertahan yakni untuk jenis IR 64 berkisar; Rp6.000/kg, beras kuku balam super; Rp7.000/ kg, minyak goreng; Rp.8000/kg dan gula pasir Rp.6.000/kg relatif stabil. Demikian juga dengah harga ayam kampung yang tetap di harga Rp40.000/kg dan telur bebek Rp1.300-Rp1.400 per butir. Namun, tak ada jaminan harga-harga kebutuhan pokok ini tidak akan merangkak naik.

            Sedangkan harga bahan pangan lainnya seperti daging lembu yang sempat bertengger di posisi Rp 60.000-Rp65.000/kg, turun menjadi Rp.45.000/kg. Sedangkan harga-harga yang mulai naik, antara lain; ayam potong yang beberapa waktu lalu Rp22.000/kg, kini menjadi Rp.25.000/kg. Telur ayam potong yang kemarin sempat Rp800-Rp850/butir, kini naik, Rp.2000/butir. Harga sayur mayur seperti cabai merah Rp20.000/kg, naik menjadi Rp. 30.000/kg. Adapun bawang merah Rp9.000 naik menjadi Rp10.000/kg; tomat naik ke posisi Rp 6.000 per kg dari Rp.5000/kg.

            Selain itu, kenaikan harga bahan baku di sektor properti akibat pengaruh krisis ekonomi global, sangat mungkin terjadi. Seperti di kutip dari Antara.co.id, Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah, Adib Adjiputra, di Solo, beberapa waktu lalu mengatakan, harga bahan baku yang diproduksi di dalam negeri maupun luar negeri, berpotensi terpengaruh oleh krisis ekonomi ini. Harga bahan baku seperti besi, keramik, semen dan sejumlah aksesori rumah lainnya yang berasal dari industri manufaktur, kata dia, sangat rentan mengalami kenaikan. Kenaikan bahan baku akibat dampak krisis ekonomi ini akan semakin menyulitkan sektor properti, setelah sebelumnya juga diterpa kenaikan harga bahan baku akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM). 

            Pada sektor properti ini, tipe rumah kelas menengah ke atas yang akan paling besar terkena dampak terjadinya krisis ekonomi ini. Kenaikan tingkat suku bunga pasti akan mengikutinya. Sehingga harga cicilan rumah perbulannya akan naik. Sedangkan untuk rumah kelas menengah ke bawah sedikit tidak berpengaruh karena sebagian sudah disubsidi pemerintah.

C. SEPULUH CARA MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL OLEH PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Presiden menegaskan 10 langkah yang harus ditempuh semua pihak untuk menghadapi krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS), sehingga tidak berdampak buruk terhadap pembangunan nasional.

Pertama, Presiden mengajak semua pihak dalam menghadapi krisis global harus terus memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa tetap menjagar kepercayaan masyarakat.

Kedua, pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen harus terus dipertahankan antara lain dengan terus mencari peluang ekspor dan investasi serta mengembangkan perekonomian domestik.

Ketiga adalah optimalisasi APBN 2009 untuk terus memacu pertumbuhan dengan tetap memperhatikan `social safety net` dengan sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi penanganan kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM.
Untuk itu perlu dilakukan efisiensi penggunaan anggaran APBN maupun APBD khususnya untuk peruntukan konsumtif.

Keempat, ajakan pada kalangan dunia usaha untuk tetap mendorong sektor riil dapat bergerak. Bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan negara bisa terjaga dan juga tenaga kerja dapat terjaga. Sementara Bank Indonesia dan perbankan nasional harus membangun sistem agar kredit bisa mendorong sektor riil. Di samping itu, masih menurut Kepala Negara, pemerintah akan menjalankan kewajibannya untuk memberikan insentif dan kemudahan secara proporsional.

Kelima, semua pihak lebih kreatif menangkap peluang di masa krisis antara lain dengan mengembangkan pasar di negara-negara tetangga di kawasan Asia yang tidak secara langsung terkena pengaruh krisis keuangan AS.

Keenam, menggalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik akan bertambah kuat.

Ketujuh, perlunya penguatan kerjasama lintas sektor antara pemerintah, Bank Indonesia, dunia perbankan serta sektor swasta.

Kedelapan, semua kalangan diharapkan untuk menghindari sikap ego-sentris dan memandang remeh masalah yang dihadapi.

Kesembilan, mengingat tahun 2009 merupakan tahun politik dan tahun pemilu, kaitannya dengan upaya menghadapi krisis keuangan AS adalah memiliki pandangan politik yang non partisan, serta mengedepankan kepentingan rakyat di atas kepentingan golongan maupun pribadi termasuk dalam kebijakan-kebijakan politik.

Kesepuluh, Presiden meminta semua pihak melakukan komunikasi yang tepat dan baik pada masyarakat. Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha, serta perbankan, Kepala Negara juga memandang peran pers dalam hal ini sangat penting karena memiliki akses informasi pada masyarakat.

D. TANGGAPAN MAHASISWA TERHADAP KRISIS EKONOMI GLOBAL

            Sebagai insan kritis dan intelektual, kita harus menyadari dan mengakui dampak hebat dari krisis ekonomi global ini. Karena ini bukan saja merupakan masalah negara saja, kita sebagai rakyat yang juga terkena akibat dari krisis ini. Sehingga menjadi kewajiban kita untuk ambil bagian dalam mencari pemecahan persoalan dalam permasalahan ini.

            Dalam persoalan sehari-hari kita sebagai rakyat melakukan sesuatu apa adanya. Dengan cara menghemat dan selektif dalam memilih kebutuhan pokok khususnya, adalah salah satu cara kita menghadapi krisis ekonomi global. Saran bagi pemerintahan adalah untuk lebih memperhatikan sektor usaha kecil yang sejujurnya hampir tidak terlirik oleh pemerintah yang terlalu memprioritaskan usaha raksasa (perusahaan) , BUMN, dan jasa umum. Padahal sektor usaha kecil adalah salah satu sumber mata pencaharian rakyat yang harusnya dibesarkan. Usaha kecil dimungkinkan untuk menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya, sehingga rakyat menjadi mandiri dan pemerintah menjadi lebih diringankan untuk permasalahan pemberdayaan ekonomi rakyat. Untuk selanjutnya pemerintah tinggal menjalankan program kerja untuk mengatasi krisis global tersebut sehingga rakyat dan pemerintah menjadi partner dalam menanggulangi permasalahan ini.







nama      :  wina sari
npm       :  282 10 524
kelas      :  3eb20


Selasa, 30 Oktober 2012

TULISAN TENTANG EKONOMI 9



Ternyata Pemerintah Masih Tidak Tegas

Jakarta - Untuk kesekian kalinya keberanian dan ketegasan pemerintah diuji dan ditunggu oleh publik terkait dengan kebijakan strategis tentang pencabutan subsidi bahan bakar premium yang rencananya akan dimulai pada tanggal 1 Januari 2011. Sampai tulisan ini dibuat (6 Desember 2010), pemerintah tak kunjung selesai mengajukan usulan resmi pencabutan subsidi premium kepada Komisi VII DPR-RI. Sekali lagi publik dibuat bingung dan bertanya-tanya, apa sih maunya pemerintah?

Publik ingin segera mengetahui, apakah ada mekanisme khusus terkait dengan pencabutan subsidi bensin jenis premium? Bagaimana dengan sepeda motor dan kendaraan angkutan umum? Kemudian penghematan dana subsidi akan dialokasikan atau digunakan untuk apa?

Semua teka teki tersebut harus segera dijawab oleh pemerintah sebagai regulator. Namun tampaknya pemerintah, seperti biasanya, tidak berani ambil keputusan tegas, sama seperti kasus-kasus publik lainnya yang digantung terus tanpa ada keputusan dari pemerintah. Pertanyaan selanjutnya buat apa ada pemerintah jika tidak bisa mengambil keputusan, selain hanya rapaaaaaaat terus dan menebar polemik yang membuat bangsa ini semakin terbelakang di pergaulan internasional.

Idealnya sejak Indonesia menjadi negara pengimpor minyak, subsidi sudah tidak layak
lagi diberikan karena alokasi subsidi BBM sangat besar dan yang menikmati subsidi tersebut adalah pemilik kendaraan yang tidak masuk golongan miskin. Namun karena subsidi ini masuk golongan 'gincu politik' dari penguasa ke masyarakat, maka budaya subsidi ini terus dipergunakan oleh setiap presiden yang berkuasa sampai hari ini, meskipun mengorbankan pos anggaran yang lain.

Risiko Pencabutan Subsidi Bensin Premium

Pencabutan subsidi di sektor BBM, khususnya bensin premium, akan berdampak di masyarakat baik secara negatif maupun positif. Secara negatif pasti akan ditentang
oleh kelas menengah pemilik kendaraan bermotor yang seharusnya tidak perlu disubsidi. Berdampak positif jika Pemerintah secara benar menggunakan dana pengurangan subsidi premium untuk membangkitkan geliat ekonomi Indonesia, misalnya melalui pembangunan infrastruktur.

Akibat politik subsidi yang semakin hari semakin bertambah seiring dengan pertambahan penduduk dan tingginya harga minyak, mengakibatkan bangsa Indonesia semakin terpuruk jika tidak segera dihentikan. Tingginya anggaran subsidi untuk BBM dan listrik (sekitar 150 triliun/tahun) telah membuat bangsa ini tidak bisa keluar dari berbagai kesulitan ekonomi yang terus membelenggu rakyatnya.

Pada tahun 2010 ini pemerintah mensubsidi 36,5 juta kilo liter premium dengan nilai Rp 89 triliun. Angka tersebut muncul dari asumsi bahwa harga minyak USD 80/barrel dan kurs Rp 10.000/USD. Bayangkan jika pada tahun 2011 subsidi premium dapat dibatasi hanya sekitar Rp 39 triliun (subsidi hanya dapat dimanfaatkan untuk angkutan umum) maka akan ada dana sekitar Rp 50 triliun untuk pembangunan infrastruktur. Apalagi jika semua angkutan umum menggunakan bahan bakar gas (BBG), dana yang dapat dimanfaatkan bisa lebih besar.

Bayangkan jika secara bertahap negara bisa menghemat subsidi dan menganggarkan subsidi untuk BBM dan listrik hanya sekitar Rp 50 triliun per tahun, maka dengan dana sekitar Rp 100 triliun/tahun Indonesia setiap tahunnya bisa membangun infrastruktur seperti, pembangkit tenaga listrik beserta jaringan distribusi dan transmisinya double track rel kereta api di Jawa dan Sumatra, bandar udara serta pelabuhan samudra dan peti kemas modern di Indonesia bagian Timur dsb.

Dengan berkembangnya infrastruktur di Indonesia, ekonomi Indonesia akan bergerak cepat, kemiskinan menurun dan daya saing Indonesia meningkat di kawasan ASEAN. Bayangkan dengan dana sekitar Rp 9 triliun saja, double track jalur kereta api dari Jakarta sampai Surabaya dapat terwujud. Sehingga angkutan kereta api akan menjadi lebih cepat, aman dan efisien. Dengan sarana double track kereta api bisa mengangkut manusia dan barang lebih banyak, lebih cepat dan bebas pungli.

Belum lagi dengan uang penghematan subsidi tersebut, pemerintah juga bisa membangun bandara-bandara dan pelabuhan-pelabuhan internasional baru yang modern, khususnya di Indonesia bagian Timur agar perekonomian disana juga tumbuh. Ekspor komoditi dari daerah Timur bisa langsung di ekspor tanpa harus melalui Jakarta atau pelabuhan-pelabuhan lain di Pulau Jawa.

Jadi sebenarnya kedepan lebih banyak dampak positif daripada negatifnya bagi rakyat jika subsidi bensin premium dihentikan oleh Pemerintah. Subsidi bensin premium hanya diperuntukan bagi angkutan umum berplat nomor kuning. Lalu demi kepentingan politik penguasa, subsidi bensin premium masih akan diberikan untuk kendaraan roda dua. Jika angkutan umum yang nyaman, aman, dan terjadwal sudah terwujud maka subsidi bensin premium untuk kendaraan roda dua juga harus segera dicabut demi kepentingan rakyat ke depan.

Langkah Strategis yang Harus Diambil

Sebelum resmi diumumkan, Pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM harus menyerahkan konsep pencabutan subsidi bensin premium beserta mekanismenya ke Komisi VII DPR-RI untuk dibahas dan diputuskan.

Kabar angin muncul bahwa Pemerintah akan menetapkan berbagai pengecualian untuk pencabutan subsidi bagi pemilik kendaraan pribadi, misalnya melalui penggunaan kartu
khusus, pembatasan pembelian maksimum 20 liter premium, pembatasan tahun pembuatan mobil dsb. Saran saya sebaiknya dalam pencabutan subsidi bensin premium ini pemerintah tidak menerapkan pengecualian apapun karena dalam pelaksanaannya akan sulit dan dapat menimbulkan gesekan sosial dilapangan.

Jika keputusan pemerintah tidak segera ditetapkan, saya khawatir akan banyak terjadi
penimbunan bensin premium di masyarakat yang akan membuat premium langka di pasaran dan saya yakin Pertamina akan dipersalahkan lagi. Jika ini sampai terjadi maka akan menyulitkan tidak saja konsumen tetapi juga pemerintah. Jadi segera tetapkan saja, jadi atau tidak subsidi premium dicabut khususnya untuk kendaraan pribadi.






Sumber : http://news.detik.com/read/2010/12/08/082258/1510942/103/ternyata-pemerintah-masih-tidak-tegas

TULISAN TENTANG EKONOMI 8



Pemahaman Mendasar Bisnis & Industri Musik


Sebelum ada industri musik awalnya terjadi bisnis musik. Bisnis musik itu elemen mendasarnya antara lain terdiri dari rasa, ekspresi dan batas yang kemudian dirancang sedemikian rupa hingga memiliki nilai ekonomi. Saya pernah punya presentasi tentang musik yang mulai di dengar satu hingga sepuluh orang karena musik memiliki batas loudness dan decibel yang kemudian dibantu teknologi. Teknologi amplify membantu mengeraskan suara, teknologi rekaman mampu merekam suara, teknologi transmiting memancarkan suara. Namun tetap saja sumber ekspresinya satu, artisnya. Kemudian musik di dengar dan diapresiasi orang banyak dan ternyata mendatangkan keuntungan-keuntungan ekonomi bagi penyelenggaranya. Otomatis pembuat musiknya harus mendapat bagian juga. Itulah asal muasalnya hak cipta.

Performing rights muncul ketika artis bernyanyi di depan orang banyak dan orang itu senang dan terhibur tapi ketika di dengar dua ribu orang dan butuh gedung lalu terjadi penjualan tiket. Berarti ada uang masuk dan harus dibagi dengan artis sebagai penyedia content musiknya. Disitulah mulai terjadi pembagian royalti. Sama halnya dengan teknologi radio. Bayangkan kalau sinyal radio hanya kosong saja tanpa ada content musiknya maka radio itu tak akan di dengar orang.

Ketika ada content musik dan orang mulai mendengar kemudian disisipkanlah iklan. Iklan menghasilkan uang akhirnya radio yang menggunakan musik harus membagi keuntungan yang di dapat dari iklan dengan membayar royalti performing rights bagi artis-artis dan para pencipta lagunya. Berikutnya musik juga dapat direkam dan digandakan, terciptalah kemudian mechanical rights. Kalau sudah memahami filosofi tersebut akah mudah mengikuti perkembangan industrinya. Ketika jaman berubah dan musik tidak lagi direkam melalui studio atau diekspresikan di sebuah gedung, muncullah musik di internet atau di ponsel.

Industri selalu berubah terus karena perkembangan jaman sekaligus ada teknologi, norma baru, trend baru, semuanya mempengaruhi. Bahkan hukum pun mengikuti itu. Sebelum disebut industri musik awalnya bisnis musik dulu. Pemisahannya baru makin jelas ketika industri masuk ke dalam kehidupan manusia sehari-hari, termasuk ketika musisi bermain musik. Kemudian dipilah. Mulai dari industri peralatan musik walau pun belum memiliki teknologi yang canggih. Misalnya biola, gitar, itu nggak bisa lepas dari industri karena meningkatnya permintaan untuk memainkan alat-alat musik seperti itu.  Sedangkan yang dinamakan industri musik yang kreatif akhirnya mendapat perlindungan Hak Kekayaan Intelektual [HKI] hingga manajerial artis tidak stabil seperti industri peralatan musik karena goncangannya banyak. Misalnya terjadi perbedaan kiblat, ingin mengikuti standar Eropa atau Amerika. Pada satu waktu Eropa berkiblat ke Amerika namun terkadang Amerika juga berkiblat ke Eropa. Belakangan muncul poros industri musik baru di Asia yaitu Jepang dengan musik-musik Jepang yang separuh industri dan separuh non-industrial.

Muncul lagi industri dari benua baru yaitu Australia yang mirip Eropa tapi prilakunya terpengaruh Amerika membuat industri berubah. Gabungan semuanya membuat industri berubah. Manajemen berubah, pelaku berubah. Sementara yang disebut sebagai industri musik di Indonesia selalu tanggung terus. Ketika dijajah Belanda industrinya belum 100% berbicara tentang sistem dan bisnis tapi hanya ditinggali ilmu bermain musik, selalu membahas teknis-teknis bermusik. Contohnya W.R. Supratman. Dia sebenarnya nggak bisa main musik, dia wartawan. Dia belajar main musik supaya Indonesia atau klubnya memiliki lagu sendiri. Sementara industri saat itu mengharuskan musisinya memiliki nama Belanda, itu ketentuan tidak tertulis. Akan mempercepat karir, itu makanya ada Rudolf di dalam nama W.R. Supratman.

Industri kita baru memulai menata walau belum rapi setelah Bob Geldof marah-marah karena Indonesia membajak dan mengekspor album amal Live Aid atau setelah dimulainya era kaset. Waktu era piringan hitam kita masih persis seperti Belanda. Ada Polygram, Polydor dan Philips. Di sini merek-merek itu juga ada, tapi bukan licensed. Seolah-olah seperti license. Lantas Bung Karno membangun Lokananta itu dulunya dibentuk persis seperti Hilversum di Belanda.

Waktu itu ada hubungannya dengan RRI karena sebelum menjadi kota industri media besar, Hilversum pertama kali adalah stasiun radio, Radio Hilversum. Letaknya bukan di Amsterdam. Dari sana industri musik di Indonesia mulai mengenal yang namanya royalti tapi persis konsep Belanda. Kalau dulu konser di depan orang-orang Belanda musisi kita hanya dibayar dengan pride. Gengsi karena ditonton orang Belanda. Itu terjadi juga di generasi berikutnya, ada musisi gedongan dan musisi pinggiran. Hampir sama di seluruh kota.

Di Surabaya dulu hampir semua musisi terkonsentrasi di RRI. Radio merupakan satu-satunya alat ekspresi yang massal dulu. Yang lain bermain di klub, terjadi pembayaran tapi tidak seperti musisi Belanda yang tampil di klub di Belanda sana. Feodalisme akhirnya membuahkan regenerasi sikap bermusik seperti itu. Sebelum dan nggak lama setelah Indonesia merdeka musik kita menjadi musik propaganda, musik yang melawan, theres no industry di sana.
Industrinya diciptakan untuk kebutuhan berperang.

Setelah membaca tulisan-tulisan Remy Silado yang meneliti hal itu. Muncul kota-kota yang melahirkan artis-artis musik pop kontemporer seperti Jakarta, Bandung, Surabaya. Di Surabaya ada era W.R. Supratman, Bubi Chen, Gombloh, Dewa19 hingga Padi. Scene musik yang terbentuk di sana dianggap mewakili Indonesia Timur. Sementara musisi lain yang memainkan musik Hawaiian dari Ambon nggak mau ke Jakarta tapi tujuan utamanya Surabaya. Sampai generasi Franky Sahilatua dan musisi-musisi jazz juga tinggal di sana.

Kelompok orang Manado yang musikal juga muncul dari Surabaya seperti Jopie Item yang lebih dulu dikenal di sana bukan di Jakarta. Kalau melebar sedikit paling ke Malang yang pengaruh Eropa-nya terasa sekali, mirip seperti Bandung. Sementara itu bertumbuh terus Jakarta mulai terpengaruh Amerika Serikat tahun 1960an-1970an.  Saat itu di Indonesia grup-grup seperti Koes Plus, Bimbo, DLloyd dibayar dengan mobil atau rumah sebagai bonus dari produser sewaktu mereka masuk ke industri rekaman. Di luar negeri nggak ada praktik seperti itu. Kompensasinya selalu terukur. Misalnya album laku sekian dan menguntungkan perusahaan sekian akan diberikan royalti. Terserah artisnya nanti ingin dibelanjakan apa uang royaltinya. Singapura juga seperti itu. Hingga ada beberapa artis kita yang berangkat ke Singapura sempat terkaget-kaget dengan norma bisnis yang berlaku di sana.

Musisi-musisi yang pernah rekaman di Singapura seperti Rollies dan Bimbo akhirnya memiliki mindset yang berbeda. Mereka sempat merasakan hasil dari bermusik yang terukur sementara di Indonesia tidak seperti itu. Akhirnya dulu sangat sulit membuat lagu yang menghasilkan duit di sini. Mindset itu nggak ada, bahkan orangtua malah melarang anak-anaknya menjadi pemusik. Mindset peninggalan kolonial Belanda ini terus diwariskan ke generasi-generasi berikutnya. Sementara perkembangan teknologi informasi cepat sekali, ini menerobos ke bagian-bagian yang sudah berjarak dengan generasi dulu.

Perbedaan luar negeri dengan Indonesia setiap terjadi perubahan format rekaman di sana ada prosesnya, dari piringan hitam ke kaset ada prosesnya. Kepala orang diubah dulu. Prilaku distribusi, cara beli, pola konsumsi, dan sebagainya. Kalau di kita nggak, tiba-tiba saja berubah. Pelaku-pelaku besar bisnis piringan hitam yang tadi jumlahnya nggak banyak sekarang punya anak-anak yang bermain di bisnis kaset yang sebenarnya belum siap untuk mendistribusikan. Kelompok inilah yang belakangan menguasai industri musik kita sampai hari ini.

Industri kita justru salah mengartikan hak cipta karena konsep hak cipta memang berakar dari masyarakat industri. Kalau masyarakat kita masih canggung, ditengah-tengah. Setengah agraris, setengah maritim dan belum berpikir secara industri. Sehingga ukuran-ukuran yang dipakai dalam industrinya nggak bisa matched. Hak cipta adalah turunan dari revolusi industri. Generasi pertama dari hak cipta adalah lagu, sebelum akhirnya lagu dan musik sekarang dikenal sebagai content. Perlindungan terhadap para pencipta lagu sangat besar di Undang Undang Hak Cipta tapi pada praktiknya di Indonesia terbalik, pencipta lagu seperti tidak punya hak. Ini berlawanan sekali dengan UU Hak Cipta tentunya.  Di seluruh dunia tak ada pencipta lagu yang datang ke rumah produsernya kecuali untuk hubungan pribadi, itu berbeda. Ada mediator bernama publisher yang bertugas sebagai manajer lagu. Di Indonesia publisher muncul belakangan setelah industrinya berjalan dan anehnya standar yang dipakai tidak sama dengan luar negeri. Akhirnya setelah punya hanya sekadar ada saja, tidak menjalankan fungsi sebagai publisher. Malah kadang menjadi kepanjangan tangan dari kepentingan produsen musik atau label rekamannya.

Di Indonesia kebanyakan label memiliki publishing. Akhirnya makin kisruh. Seharusnya publisher adalah institusi yang melindungi lagu dan pencipta lagu supaya mereka nggak kering kreatifitas, mendapat pemasukan, dipasarkan dan dilindungi secara hukum. Itu tidak terjadi di sini, tetap saja publisher yang ada pasif, hanya menunggu. Jika lagunya sudah jadi dan orangnya datang baru ditawarkan bergabung ke publisher. Bukan menjemput bola dan membawa ke label rekaman. Itu salah satu contoh perangkat industri kita yang tidak memiliki standar sama dengan dunia luar.

Industri yang makin amburadul seperti ini harus dipahami anak-anak baru yang akan terjun ke industri dengan tujuan bukan membuat mereka takut, jangan dikasih gambaran menakutkan. Pada prinsipnya musik memiliki kekuatan, it has power. Sekali kamu terjun ke industri jadilah musisi yang memahami seluk beluk industrinya, nggak salah kok, nggak haram. Jangan setengah-setengah. Ingin terjun ke industri tapi marah-marah atau sebaliknya. Lebih baik masuk ke industri musik sembari melihat apa yang terjadi di sekelilingnya. Tidak semuanya kacau.








Sumber : http://rollingstone.co.id/read/2011/02/08/181703/1563226/1093/pemahaman-mendasar-bisnis-amp-industri-musik

TULISAN TENTANG EKONOMI 7



Anak-anak, Bukti Keunggulan Technopreneurship Indonesia

Jakarta - Sekarang, Indonesia berada di era reformasi. Penuh tantangan yang dihadapi oleh bangsa kita, terkait dengan transisi sosio-ekonomi yang terus berjalan. Walaupun perekonomian kita tumbuh, namun masih tetap diperlukan upaya lanjutan, supaya ekonomi kita bisa lebih berdikari.

Hal tersebut, terutama harus dilakukan dalam bidang IT. Diperlukan pembangunan bidang IT yang bersifat berkelanjutan, dan salah satu cara untuk menjamin hal tersebut adalah dengan Technopreneurship.

Pernah saya bahas sebelumnya bahwa technopreneurship sangat penting. Kita sudah memiliki technopreneur-technopreneur yang mulai 'berbicara' untuk tingkat nasional. Namun, yang harus dipikirkan ke depan adalah regenerasi technopreneur tersebut.

Regenerasi yang baik adalah bukti dari kreativitas kita sebagai bangsa. Adapun, ada kabar gembira yang diturunkan akhir-akhir ini, yang membuktikan bahwa kita memiliki potensi technopreneurship yang luar biasa, bahkan dari usia yang sangat dini sekalipun.

Sebuah harapan baru: artav dan salingsapa.com

Dua anak SMP, yaitu Muhammad Yahya Harlan, dan Arrival Dwi Sentosa, telah mengembangkan jaringan sosial dan anti virus dalam usia dini. Mengenai Yahya dan jaringan sosialnya pernah dimuat di detikINET, sementara mengenai Arrival dan anti virusnya juga pernah dimuat di detikINET.

Kabar ini sangat menggembirakan, di tengah betapa butuhnya bangsa kita akan technopreneur-technopreneur baru. Memang benar, kita tidak mungkin memaksa mereka untuk langsung terjun ke technopreneurship di usia sedini itu. Namun, hal itu membuktikan bahwa potensi itu ada.

Saya jadi teringat kisah Technopreneur sukses, seperti Bill Gates, Steve Wozniak dan Steve Jobs, yang sudah dari usia sangat muda aktif di klub komputer terkemuka di California saat itu (tahun 70an), yaitu HomeBrew Computer club.

Memang saat itu mereka belum berbisnis secara serius, sekedar mengembangkan hobi teknik informatika 
mereka. Tulisan Bill Gates yang sangat terkenal, yaitu 'Open Letter to Hobbyist', diterbitkan oleh klub itu. Namun sewaktu beranjak lebih dewasa, mereka tinggal memanfaatkan jaringan yang pernah mereka bina sejak dini, untuk memulai bisnis 'raksasa' mereka.

Sangat mungkin, karena mereka tidak didorong untuk mengembangkan bisnis mereka sedini mungkin, dan menunggu waktu yang lebih tepat, maka kerajaan bisnis mereka bisa lebih lestari. Ini didukung oleh kematangan dan kedewasaan dari mereka, dengan bercermin dari pengalaman sendiri.

Rasanya, melihat kisah sukses dari Bill Gates dan kawan-kawan, memang tidak diperlukan untuk mendorong mereka untuk segera terjun berbisnis sekarang juga. Hal itu jelas terlalu dini. Yang diperlukan adalah 'menyemai' benih-benih potensi mereka pada suatu forum atau klub hobby yang cocok.

HomeBrew Computer Club adalah salah satu contoh yang bisa kita teladani. Saya pikir, di Indonesia yang tercinta ini, klub hobby komputer sudah banyak tersedia. Detikinet jelas merupakan salah satu fasilitator untuk hobbyist komputer tersebut.

Technopreneurship in Action

Selama ini, rasanya sukar mendapatkan kabar bagus mengenai bangsa kita. Entah kabar mengenai KKN, kerusuhan, kejahatan, dan berbagai hal kurang 'sedap' lainnya, itulah yang selalu kita dengar dari media massa pada umumnya.

Namun, ternyata berita tersebut sama sekali tidak seutuhnya mencerminkan bagaimana kreatifnya bangsa kita dalam menyelesaikan problematika hidupnya, terutama terkait dengan IT. Gebrakan mereka adalah seperti 'angin segar', yang memberikan pencerahan bagi bangsa kita. Setidaknya, ada kabar positif mengenai potensi technopreneurship kita.

Satu hal yang menarik, Orang tua masa kini sudah menganggap pekerjaan bidang IT itu baik bagi anak mereka. Jadi, anak memiliki banyak pilihan karir atas dukungan orangtuanya.

Dukungan orangtua terhadap aktivitas Yahya dan Arrival adalah bukti dari hal itu. Nampak jelas, bahwa eksposure media, terutama di kolom IT, mengenai kesuksesan para 'guru' IT dunia, seperti Bill Gates, Steve Jobs, Linus Torvald, Mark Zuckerberg, Larry Page, Sergei Brin, Eric Schmidt, dan lain-lain telah membuat banyak kalangan, termasuk juga orangtua masa kini, telah menyadari betapa pentingnya IT dalam kehidupan sehari-hari.

Eksposure media massa terhadap kesuksesan tokoh IT adalah salah satu peran positif yang dimainkan media. Semoga kedepannya, media akan selalu memberitakan kabar gembira mengenai technopreneurship ini secara berkelanjutan, supaya menjadi 'pelita' di tengah berita lain yang terkesan suram.
Bibit-bibit keunggulan Bangsa Indonesia di masa depan

Adik-adik kita, yaitu Yahya dan Arrival telah membuktikan suatu prestasi yang luar biasa dalam merintis technopreneurship, walaupun masih tahap yang masih awal. Adapun, yang harus diperhatikan, adalah supaya mereka dibiarkan untuk berkembang secara alamiah, sesuai potensi yang mereka miliki.

Biarkan mereka menjadikan rintisan ini sebagai suatu 'pencerahan', yang akhirnya mengarahkan diri mereka untuk menggali potensi diri mereka lebih jauh lagi. Semoga ke depannya, mereka dapat lebih dapat menemukan potensi-potensi kreatif dan positif dalam dirinya masing-masing.

Ini juga Pekerjaan Rumah (PR) yang mesti kita kerjakan, bahwa untuk menemukan 'bibit-bibit' technopreneurship, dan kemudian untuk menyemai bibit tersebut untuk menjadi motor technopreneur bangsa kita, hal itu masih memerlukan pekerjaan yang panjang. Yang terpenting dari semua, adalah supaya kita mulai mengubah 'mindset' yang umum berlaku di masyarakat kita, bahwa menjadi pegawai adalah satu-satunya cara untuk mendapat kemapanan karir.

Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena negara-negara maju sekalipun juga sangat bergantung pada pengusaha-pengusahanya dan juga pajak yang dibayarkan para pengusaha tersebut, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi negaranya dan mengurangi masalah pengangguran.

Satu potensi yang sebenarnya bisa digali dari bangsa kita, adalah kemapanan negara maju menyisakan banyak 'niche' yang bisa dimasuki. Walaupun Facebook dan Twitter mendominasi jaringan sosial tingkat dunia, namun Salingsapa tetap bisa eksis. Walaupun Norton, AVG, dan lainnya mendominasi anti-virus dunia, namun Artav tetap juga eksis.

'Niche' tersebut yang harus dimanfaatkan secara kreatif oleh kita, supaya bangsa kita lebih kompetitif secara sosio-ekonomi. 

Bagi adik-adik kita, Arrival dan Yahya, tidak perlu sekarang berpikir untuk kembangkan bisnis secara serius. Yang penting bagi mereka adalah bergabung ke forum hobbyist komputer yang bisa menampung aspirasi mereka, seperti HomeBrew Computer Club.





Sumber : http://inet.detik.com/read/2011/03/08/131547/1586797/398/anak-anak-bukti-keunggulan-technopreneurship-indonesia